Mahasiswa UIN Suska Riau Gelar Perpisahan  Dengan Dr Abdul Wahid Mus

Sabtu, 23 September 2017

Presiden Forsima Iqta ’14 menyerahkan kenang-kenangan kepada Dr Abdul Wahid Mus didampingi Kaprodi IQTA Dr Afrizal Nur MIs, Eks Gubma FU Budi Ramadhan Ritonga, dan Bupati IQTA M Idris Chaniago. 

RADARPEKANBARU.COM–Dalam menjalani perkuliahan di perguruan tinggi, ada saja dosen yang menjadi kesayangan mahasiswa. Begitulah yang dirasakan oleh dosen satu ini. Ia menjadi kesayangan mahasiswa dan saat ia akan pindah tugas, mahasiswa membuat acara perpisahan untuk nya.

Dosen itu adalah Dr Abdul Wahid Mus, ia merupakan dosen kesayangan mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau. Abdul Wahid harus pindah tugas ke Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis. Atas kepindahannya ini, Forum Diskusi Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir angkatan 2014 (Forsima IQTA ‘14), menggelar acara perpisahan dengan nama Kongkow Bareng Pak Wahid di Pusat Kegiatan Mahasiswa UIN SUSKA Riau pada Jumat (22/9).

Presiden Forsima Iqta ’14 menyerahkan kenang-kenangan kepada Dr Abdul Wahid Mus didampingi Kaprodi IQTA Dr Afrizal Nur MIs, Eks Gubma FU Budi Ramadhan Ritonga, dan Bupati IQTA M Idris Chaniago.

Bupati IQTA, M Idris Chaniago kepada Tribunpekanbaru.com menyebutkan, acara ini diberi tema “Menegaskan kembali identitas mahasiswa Ushuluddin”. Acara ini mendapat sambutan luar biasa dari mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan dukungan penuh dari Ketua Prodi IQTA, BEM Fakultas Ushuluddin serta HMJ IQTA.

Ketua Prodi IQTA, Dr Afrizal Nur MIs kepada Tribunpekanbaru.com menyebutkan, akreditasi A yang diraih oleh Prodi IQTA tidak lepas dari peran Dr Abdul Wahid.

Sementara itu, Dr Abdul Wahid pada kesempatan itu menyampaikan, ia terharu dengan adanya acara ini, dan ia tidak akan melupakan hal ini.

“Saya terharu, saya tidak menyangka mahasiswa akan membuat acara seperti ini untuk saya,” ungap Abdul Wahid.

Kemudian, Abdul Wahid mengisahkan perjalanan akademiknya, mulai dari kelulusannya di IAIN IB Padang (kini UIN IB Padang), melanjutkan studi ke UM Malaysia dan liku-liku kehidupan yang ia tempuh untuk menuntut ilmu. Saat ini sudah banyak anak-anak didiknya yang menjadi doktor bahkan ada yang telah profesor.

Ia juga menyampaikan tentang pentingnya membaca, menulis dan menuangkan karya-karya di media untuk mahasiswa Ushuluddin. Kuliah jangan hanya mencari nilai tinggi, tetapi yang penting adalah menguasai disiplin ilmu yang dipelajari.

“Di samping ilmu-ilmu yang ada dalam kelas, seorang mahasiswa juga harus belajar bermasyarakat dan berorganisasi. Bukan hanya mengejar IPK tinggi. Pengetahuan seputar masyarakat dan organisasi tidak didapat di dalam kelas, melainkan harus terlibat langsung di lapangan, maka tidak afdal kalau mahasiswa hanya duduk di kelas, sebab ada kalanya mahasiswa harus duduk di ruang kongres,” ungkap Abdul Wahid.

Abdul Wahid berpesan, agar mahasiswa Ushuluddin benar-benar menunjukan identitas ke-Ushuluddinannya dari segala aspek. Bukan hanya pakai jubah tapi akhlak masyaallah, bukan hanya peci tapi mulut penuh dengan caci-maki. Tapi ushuluddin harus seperti yang disampaikan Rasulullah SAW yakni khairunnas man yanfa’unnas.

Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan kepada Abdul Wahid. (*)


/radarpku/